Rabu, 16 Oktober 2013

CERPEN "REALITA SOSIAL"


Musibah Membuatnya Tak Bisa Bersekolah


Pagi itu sangat indah. Matahari bersinar cerah sehingga pohon - pohon kelihatan hijau berkilap. Puncak gunung mulai terlihat jelas. Langit sangat bersih berwarna biru cerah. Keindahan alam itu membuat aku ingin menikmati indahnya alam pegunungan. Aku bersama teman keluar hotel untuk menghirup udara segar dengan berjalan – jalan. Tidak jauh dari hotel, aku berpapasan dengan seorang gadis kecil yang sedang membawa baskom.
“Mendoan, bakwan, masih hangat,” Katanya menawarkan,
Setelah aku mendengar tawarannya, aku tertarik untuk menikmati makanan hangat yang menjadi kesenanganku itu. Aku pun memanggilnya. Dan ia segera menurunkan baskomnya. Ternyata benar, makanan yang ada di dalam baskom itu masih hangat. Kemudian aku memilih beberapa mendoan dan bakwan. Sambil memilih makanan, aku bertanya kepada si gadis kecil itu.
“Dek, kamu kok masih kecil sudah berjualan. Apa kamu tidak sekolah?” tanyaku ingin tau.
“Tidak. Saya terpaksa berjualan karena tidak punya biaya,” jawabnya terus terang. “Saya sekolah sampai kelas 4 SD, kemudian berhenti,” lanjut gadis kecil itu.
“Ayah dan ibumu tidak bekerja?” tanyaku penuh selidik.
“Ayah dan Ibu dulu bekerja sebagai pedagang sayur di pasar . Akan tetapi, suatu hari mereka kecelakan saat membawa dagangannya di pagi buta. Keduanya pun meninggal. Sejak itu saya dan adik tidak bisa meneruskan sekolah. Pada saat itu, saya kelas 4 SD, adik saya kelas 3 SD. Lalu berhenti,” cerita gadis kecil itu.
“Adikmu sekarang dimana?” tanyaku lebih lanjut.
“Adik tinggal nersama saya dan sekarang berjualan Koran.
Saya benar-benar terharu mendengar cerita gadis tersebut. Seharusnya, anak seusia dia belum pantas melakukan kegiatan seperti orang dewasa. Tetapi apa boleh buat, musibahlah yang menyebabkan seperti itu.
Uang Rp 20.000,00 ku keluarkan dari kantongku untuk membayar beberapa mendoan dan bakwan yang aku beli.
“Wah, belum ada kembaliannya, Kak!” kata gadis itu sambil tengok kanan dan kiri mencari warung untuk menukarkannya. Tetapi sepagi itu belum ada warung yang buka.
“Kamu tidak usah bingung. Kelebihannya untuk kamu,” kataku.
“Terimakasih, ka, terimakasih,” ucap gadis itu sambil membungkuk-bungkukan badannya.
Baru kali ini aku melihat orang berterimakasih setulus itu, kataku dalam hati.

Kamis, 03 Oktober 2013

PUISI


INDAHNYA ALAM NEGERI INI


Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk, tenga, senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna